Pada tanggal bersejarah 1 November 2025, Sekolah Tinggi Teologi ISTTO Hikmat Wahyu (STT ISTTO Hikmat Wahyu) akan menjadi tuan rumah bagi sebuah peristiwa akademis puncak: Seminar Nasional Teologi Pengkajian Alkitab Terhadap Sosial dan Budaya. Seminar ini jauh melampaui sekadar pertemuan ilmiah; ia adalah perwujudan nyata dari komitmen institusi ini untuk tidak hanya mengajarkan Wahyu ilahi, tetapi juga menumbuhkan Hikmat yang aplikatif untuk menghadapi kompleksitas kehidupan modern.
Di tengah derasnya arus globalisasi, revolusi digital, dan perubahan sosial yang fundamental, relevansi pesan Alkitab sering dipertanyakan. STT ISTTO Hikmat Wahyu mengambil peran kepemimpinan untuk memastikan bahwa pengkajian Alkitab tetap menjadi fondasi yang kokoh, sekaligus kompas moral yang dinamis. Tujuannya sederhana namun mendalam: melahirkan kerangka teologi kontemporer yang mampu menjawab persoalan sosial dan budaya di Indonesia dan dunia. Inilah saatnya bagi para teolog, akademisi, pemimpin gereja, dan mahasiswa untuk berdialog, berrefleksi, dan merumuskan aksi transformatif.
I. Misi Institusi dalam Aksi: Peran ISTTO Hikmat Wahyu
Nama ISTTO Hikmat Wahyu secara inheren mencerminkan fokus seminar ini. Wahyu merujuk pada kebenaran yang diungkapkan Allah melalui Alkitab, sementara Hikmat adalah kemampuan untuk menerapkan kebenaran tersebut secara praktis, etis, dan kontekstual dalam kehidupan sehari-hari.
A. Jembatan antara Teks Kuno dan Konteks Modern
STT ISTTO Hikmat Wahyu menyadari bahwa jurang antara teks Alkitab yang kuno dan konteks modern yang serba digital dan multikultural semakin lebar. Tanpa jembatan yang kuat, iman berisiko menjadi tidak relevan, tertutup, atau bahkan terisolasi.
Seminar Nasional Teologi ini adalah jembatan tersebut. Ia menegaskan bahwa pengkajian Alkitab harus dilakukan dengan metode hermeneutika yang ketat, namun dengan lensa hikmat yang terbuka terhadap realitas. Ini berarti:
- Teologi yang Membumi: Melibatkan isu-isu praktis seperti krisis kemanusiaan, polarisasi politik, dan ketimpangan ekonomi.
- Inkulturasi yang Bertanggung Jawab: Memahami dan berdialog dengan budaya lokal tanpa mengorbankan nilai-nilai inti Alkitab.
- Etika yang Relevan: Menetapkan panduan moral Kristiani di tengah dilema etika modern (misalnya, etika AI dan bioteknologi).
B. Nilai Tambah “Hikmat” dan “Wahyu” dalam Teologi
Di era post-truth, di mana kebenaran sering kali kabur, penekanan pada Wahyu sebagai sumber kebenaran mutlak menjadi sangat penting. Namun, Wahyu itu harus dibarengi Hikmat—kearifan untuk menyampaikannya dengan kasih, rendah hati, dan relevansi. Seminar ini akan mengeksplorasi:
Blok Kutipan: “Bagaimana Hikmat yang bersumber dari Wahyu dapat membimbing umat Kristen untuk menjadi agen keadilan, perdamaian, dan pelestarian lingkungan dalam masyarakat yang semakin terfragmentasi?”
STT ISTTO Hikmat Wahyu berambisi untuk melahirkan karya-karya ilmiah yang tidak hanya memperkaya khazanah teologi Indonesia, tetapi juga memberikan solusi aplikatif bagi gereja dan masyarakat luas.
II. Pilar-Pilar Utama Pengkajian: Teologi, Sosial, dan Budaya
Seminar Nasional Teologi pada 1 November 2025 akan fokus pada empat pilar interdisipliner, memastikan bahwa relevansi teologi menyentuh seluruh aspek kehidupan:
1. Teologi Digital dan Tantangan Era Post-Truth
Dunia kini hidup di ponsel. Media sosial telah membentuk identitas, politik, dan bahkan cara orang beribadah. Pilar ini akan membahas bagaimana pengkajian Alkitab dapat membentuk digital literacy dan spiritualitas yang seimbang.
- Isu Krusial: Bagaimana melawan penyebaran hoaks dan ujaran kebencian di media sosial menggunakan etika Kristen yang berakar pada kasih dan kebenaran?
- Kontribusi: Merumuskan teologi komunikasi yang memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan nilai-nilai Kerajaan Allah, bukan untuk memecah belah.
2. Inkulturasi dan Teologi Lintas Budaya
Indonesia adalah permadani budaya. Teologi yang baik harus mampu berinteraksi dengan kekayaan budaya ini. Bagian ini akan menelaah bagaimana pesan Injil dapat di-inkulturasikan ke dalam tradisi lokal (seperti adat istiadat, musik, dan seni) tanpa kehilangan integritas teologis.
- Fokus: Mencari model teologi budaya yang memberdayakan identitas lokal sambil tetap berpusat pada Kristus. Ini sangat relevan mengingat keberadaan STT ISTTO Hikmat Wahyu di Sulawesi Utara, yang kaya akan tradisi lokal.
- Harapan: Menghasilkan metode pelayanan yang inklusif dan otentik di berbagai konteks sosial dan budaya.
3. Keadilan Sosial dan Etika Politik Alkitabiah
Ketidakadilan dan isu-isu hak asasi manusia adalah tantangan sosial utama. Pengkajian Alkitab terhadap kitab-kitab para Nabi dan ajaran Yesus tentang Kerajaan Allah akan menjadi titik tolak untuk menganalisis isu-isu tersebut.
- Topik Hangat: Peran gereja dalam mengawasi kebijakan publik, memperjuangkan hak-hak minoritas, dan mendorong good governance.
- Relevansi Teologi: Memperkuat pemahaman bahwa iman menuntut aksi nyata (Iman dan Aksi) dalam transformasi sosial.
4. Ekoteologi dan Mandat Pemeliharaan Ciptaan
Krisis lingkungan adalah krisis teologis. Pilar ini menyoroti mandat budaya Alkitab (Kej. 1:28) dalam perspektif tanggung jawab ekologis.
- Pengkajian Alkitab: Menafsirkan ulang konsep dominion (kekuasaan) sebagai stewardship (pengelolaan) yang penuh kasih dan hormat terhadap alam.
- Aplikasi Praktis: Mendorong gaya hidup dan program gerejawi yang berkelanjutan, sejalan dengan panggilan Hikmat untuk menjaga keutuhan ciptaan Tuhan.
Baca Juga: Chapel Kampus STT Istto Hikmat Wahyu 29 Oktober 2025
III. Mengapa Anda Wajib Hadir di ISTTO Hikmat Wahyu pada 1 November 2025?
Seminar Nasional Teologi ini dirancang untuk menjadi katalis perubahan, menawarkan lebih dari sekadar sertifikat dan networking.
A. Kesempatan Publikasi Ilmiah Berkualitas
Seluruh makalah yang diterima dan dipresentasikan akan berkesempatan untuk dipublikasikan dalam prosiding ber-ISBN atau Jurnal Teologi bereputasi yang dikelola oleh STT ISTTO Hikmat Wahyu. Ini adalah peluang emas bagi dosen, peneliti, dan mahasiswa pascasarjana untuk mendapatkan poin kredit akademis dan menyebarkan gagasan mereka secara luas.
B. Dialog Multidisipliner dan Jejaring (Networking)
Seminar ini mempertemukan para ahli dari berbagai disiplin ilmu—teolog, sosiolog, antropolog, dan pakar komunikasi—untuk mendialogkan pengkajian Alkitab secara holistik. Peserta akan menjalin jejaring dengan pemikir terkemuka dari seluruh Indonesia, memperkaya perspektif mereka mengenai relevansi teologi di kancah nasional.
C. Penguatan Kepemimpinan Gerejawi
Bagi para pemimpin gereja, acara ini adalah refreshment teologis. Pemahaman yang mendalam tentang hubungan antara Alkitab, sosial, dan budaya akan membekali mereka untuk melayani jemaat dengan visi yang lebih tajam dan pelayanan yang lebih berdampak. Ini adalah investasi penting untuk masa depan kepemimpinan Kristen di Indonesia.
Penutup: Masa Depan Teologi di Tangan Para Pemikir Berhikmat
Seminar Nasional Teologi Pengkajian Alkitab Terhadap Sosial dan Budaya 1 November 2025 yang diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Teologi ISTTO Hikmat Wahyu adalah seruan bagi kita semua untuk kembali pada fondasi Wahyu dan melangkah maju dengan Hikmat.
Diperlukan keberanian untuk menafsirkan Alkitab di tengah kebisingan dunia modern, dan diperlukan kearifan untuk menerjemahkan kebenaran ilahi menjadi aksi nyata dalam ranah sosial dan budaya. STT ISTTO Hikmat Wahyu mengundang Anda untuk menjadi bagian dari pergerakan transformatif ini, memastikan bahwa terang Firman Tuhan tidak hanya bersinar di dalam hati, tetapi juga menerangi jalan bangsa ini menuju keadilan dan kedamaian.
Jangan lewatkan kesempatan untuk memperkaya diri Anda dengan Hikmat dan mengkontekstualisasikan Wahyu di tengah pergumulan kontemporer.
