Belajar Sambil Melayani: Kisah Mahasiswa ISTTO Hikmat Wahyu Mengasah Keterampilan di Sekolah Minggu dan Mimbar

Belajar Sambil Melayani: Kisah Mahasiswa ISTTO Hikmat Wahyu Mengasah Keterampilan di Sekolah Minggu dan Mimbar

Di era yang serba cepat dan penuh tantangan ini, lembaga pendidikan tinggi dituntut untuk mencetak lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademis (hard skill), tetapi juga tangguh dalam karakter dan mahir dalam interaksi sosial (soft skill). Bagi Sekolah Tinggi Teologi (ISTTO Hikmat Wahyu), tantangan ini dijawab melalui integrasi kurikulum yang unik: menggabungkan kedalaman teologi dengan pengalaman pelayanan praktis secara intensif.

Kisah para Mahasiswa ISTTO Hikmat Wahyu merupakan studi kasus menarik tentang bagaimana sebuah kampus teologi berhasil mengubah tugas pelayanan menjadi laboratorium pengembangan diri yang sesungguhnya. Mereka tidak menunggu lulus untuk berkarya; mereka belajar sambil melayani, mengasah keterampilan pelayanan mereka di dua panggung utama: keceriaan Sekolah Minggu dan ketegasan Mimbar gereja.


Arena Pengembangan Keterampilan (I): Sekolah Minggu – Laboratorium Empati dan Komunikasi Kreatif

Banyak yang menganggap pelayanan Sekolah Minggu sebagai tugas remeh, namun di mata Mahasiswa ISTTO Hikmat Wahyu, ini adalah medan latihan paling krusial untuk mengasah soft skill yang tak ternilai.

1. Menguasai Komunikasi Multilevel

Berbicara kepada jemaat dewasa di Mimbar adalah satu hal, tetapi berkomunikasi dengan anak-anak adalah tantangan lain yang jauh lebih kompleks. Di Sekolah Minggu, mahasiswa dilatih untuk:

2. Belajar Empati dan Kesabaran Pastoral

Melayani anak-anak adalah pelajaran sejati dalam empati. Mahasiswa belajar bahwa setiap anak memiliki kebutuhan dan latar belakang yang berbeda.


Arena Pengembangan Keterampilan (II): Mimbar – Panggung Integritas dan Kepemimpinan

Jika Sekolah Minggu mengasah sisi nurturing dan kreatif, maka Mimbar adalah tempat Mahasiswa ISTTO Hikmat Wahyu menguji hard skill teologis mereka dan kemampuan kepemimpinan rohani.

1. Ketajaman Berpikir Kritis dan Analisis Alkitab

Diberi kesempatan berkhotbah di Mimbar berarti harus bertanggung jawab menyampaikan kebenaran. Mahasiswa dituntut untuk:

2. Mengembangkan Kepercayaan Diri Publik dan Otoritas

Berdiri di hadapan jemaat, baik kecil maupun besar, adalah momen yang menguji kepercayaan diri seseorang.

3. Keterkaitan Teori dan Kontekstualisasi Pelayanan

Mimbar adalah titik temu antara teori di kelas dan realitas jemaat.

Baca Juga: Kuliah Online: Bersama Dr. Ir. Albiner Siagian tentang Teologi di Era Digital


Pendidikan Holistik ISTTO: Mengubah Lulusan Menjadi Pemimpin yang Siap Tempur

Model pendidikan yang dijalankan oleh ISTTO Hikmat Wahyu melalui “Sekolah Minggu dan Mimbar” adalah manifestasi dari pendidikan holistik yang bertujuan membentuk hamba Tuhan yang cakap ilmu dan cakap lapang.

Dampak Jangka Panjang bagi Mahasiswa:

Dengan memasukkan praktik di Sekolah Minggu dan Mimbar sebagai bagian integral dari proses belajar, ISTTO Hikmat Wahyu memastikan bahwa mahasiswa mereka tidak hanya menjadi teolog yang pintar, tetapi juga pelayan yang efektif, pemimpin yang inspiratif, dan pribadi yang matang. Mereka telah menanamkan soft skill pelayanan di usia muda, mempersiapkan mereka untuk menjawab panggilan Tuhan di tengah kompleksitas dunia modern.

Apakah Anda atau orang yang Anda kenal mencari pendidikan yang tidak hanya memberi ijazah, tetapi juga membentuk karakter dan keterampilan pelayanan sejati? Kisah Mahasiswa ISTTO Hikmat Wahyu ini membuktikan, tempat terbaik untuk belajar adalah tempat terbaik untuk melayani!

admin
https://sttisttohwsulut.ac.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *