ISTTO Hikmat Wahyu dan Misi Antar-Denominasi: Sebuah Perspektif Oikumenis

ISTTO Hikmat Wahyu dan Misi Antar-Denominasi: Sebuah Perspektif Oikumenis

Di tengah keragaman aliran gereja yang begitu banyak, sering kali terjadi batasan-batasan yang memisahkan umat percaya. Namun, sesungguhnya, esensi dari misi Kristus adalah tentang persatuan—persatuan yang melampaui sekat-sekat denominasi, tradisi, dan doktrin.

Artikel ini akan mengupas tuntas sebuah gerakan krusial dalam dunia kekristenan: misi antar-denominasi dari perspektif oikumenis. Kita akan menggunakan contoh fiktif dari ISTTO Hikmat Wahyu untuk menggambarkan bagaimana sebuah lembaga dapat menjadi jembatan yang menyatukan berbagai aliran gereja demi satu tujuan mulia: menyampaikan kabar baik ke seluruh penjuru dunia.


Apa Itu Perspektif Oikumenis?

Kata oikumenis berasal dari bahasa Yunani oikoumene yang berarti “seluruh dunia yang dihuni.” Dalam konteks kekristenan, oikumenis merujuk pada gerakan yang berupaya menyatukan gereja-gereja Kristen yang terpisah. Gerakan ini tidak bertujuan untuk menghapus perbedaan doktrinal yang fundamental, melainkan untuk mencari kesamaan dalam iman, mempromosikan dialog, dan bekerja sama dalam pelayanan dan misi.

Perspektif oikumenis melihat gereja-gereja sebagai bagian-bagian dari satu tubuh Kristus yang lebih besar. Dari sudut pandang ini, perbedaan denominasi tidak lantas menjadi hambatan, melainkan kekayaan yang dapat saling melengkapi. Misi, oleh karena itu, harus dijalankan bukan sebagai proyek satu gereja, melainkan sebagai tanggung jawab bersama seluruh umat percaya.


Mengapa Misi Antar-Denominasi Begitu Penting?

Dalam era modern, tantangan dalam menjalankan misi semakin kompleks. Misi tidak lagi hanya berfokus pada penginjilan, tetapi juga mencakup pelayanan sosial, pendidikan, dan advokasi. Menghadapi tantangan ini, kolaborasi menjadi sebuah keharusan.

1. Memperkuat Sumber Daya Tidak ada satu pun gereja atau denominasi yang memiliki sumber daya—baik dana, tenaga, maupun keahlian—yang tak terbatas. Dengan berkolaborasi, gereja-gereja dapat menggabungkan sumber daya mereka untuk menjalankan proyek-proyek misi yang lebih besar dan berdampak luas. Contohnya, mendirikan klinik kesehatan, membangun sekolah, atau menyediakan bantuan kemanusiaan di daerah terpencil.

2. Meningkatkan Kredibilitas Kesaksian Ketika gereja-gereja bekerja sama, kesaksian mereka tentang kasih Kristus menjadi jauh lebih kuat. Persatuan menunjukkan kepada dunia bahwa Injil mampu melampaui sekat-sekat manusia. Hal ini sesuai dengan doa Yesus dalam Yohanes 17:21, “supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, supaya mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.”

3. Memaksimalkan Dampak Pelayanan Misi antar-denominasi memungkinkan gereja-gereja untuk mencapai audiens yang lebih luas. Sebuah gereja lokal mungkin hanya bisa menjangkau komunitasnya sendiri, tetapi dengan bermitra dengan gereja lain, jangkauan pelayanan bisa meluas ke seluruh kota, bahkan negara.


Tantangan dalam Misi Antar-Denominasi

Meski penting, menjalankan misi antar-denominasi bukanlah tanpa tantangan.

Menyikapi tantangan ini, pendekatan oikumenis menjadi kunci. Ia menuntut kerendahan hati untuk mengakui bahwa tidak ada denominasi yang memiliki kebenaran secara monopoli, dan bahwa setiap bagian dari tubuh Kristus memiliki kontribusi yang berharga.

Baca Juga: Peran Aktif Mahasiswa STT ISTTO Hikmat Wahyu dalam Misi dan Pelayanan Gereja di Sulawesi Utara


Peran Lembaga Pendidikan seperti ISTTO Hikmat Wahyu

Lembaga pendidikan teologi memiliki peran krusial dalam mempromosikan misi antar-denominasi. ISTTO Hikmat Wahyu, sebagai contoh, dapat menjadi katalisator bagi gerakan oikumenis.

1. Kurikulum Inklusif Sebuah institusi teologi yang berorientasi oikumenis akan memiliki kurikulum yang tidak hanya mengajarkan doktrin satu denominasi, tetapi juga memperkenalkan mahasiswa pada teologi dan sejarah gereja-gereja lain. Hal ini membantu mahasiswa memahami bahwa ada cara lain untuk menginterpretasi Alkitab dan menjalani iman.

2. Program Misi Kolaboratif ISTTO Hikmat Wahyu dapat menjadi inisiator program misi yang melibatkan mahasiswa dari berbagai latar belakang gereja. Misalnya, program pelayanan ke daerah terpencil yang melibatkan mahasiswa dari gereja Pentakosta, Protestan, dan Katolik. Pengalaman bekerja sama dalam tim lintas denominasi akan melunturkan prasangka dan membangun persahabatan yang kokoh.

3. Dialog dan Diskusi Terbuka Lembaga ini dapat menyelenggarakan seminar, konferensi, atau forum dialog yang mengundang para pemimpin dari berbagai denominasi untuk berdiskusi tentang isu-isu teologis dan sosial. Tujuannya bukan untuk mencapai kesepakatan mutlak, melainkan untuk saling memahami dan menghormati perbedaan.

Dengan pendekatan ini, ISTTO Hikmat Wahyu tidak hanya mencetak teolog atau pendeta, tetapi juga duta-duta oikumenis yang mampu menjembatani perbedaan dan memimpin gereja-gereja dalam misi yang terpadu.


Studi Kasus: Visi Misi yang Menyatukan

Dalam sebuah narasi fiktif, ISTTO Hikmat Wahyu memimpin sebuah proyek misi di sebuah desa terpencil yang kesulitan air bersih. Proyek ini tidak mungkin terlaksana jika hanya mengandalkan satu gereja. Namun, dengan menggandeng gereja-gereja dari berbagai denominasi—dari jemaat lokal hingga gereja kota—mereka berhasil mengumpulkan dana dan tenaga sukarela.

Mahasiswa teologi dari berbagai latar belakang bekerja sama: seorang mahasiswa dari gereja karismatik memimpin pujian dan penyembahan, seorang mahasiswa dari gereja reformis mengorganisir logistik, dan mahasiswa dari gereja Anglikan berfokus pada pendidikan sanitasi. Dalam proyek ini, mereka menyadari bahwa perbedaan teologis mereka menjadi tidak relevan di hadapan misi yang nyata: membawa air bersih dan kabar baik ke komunitas yang membutuhkan. Pengalaman ini mengajarkan mereka bahwa kesatuan dalam misi lebih penting daripada keseragaman doktrinal.

Baca Juga: Peluang Karier Lulusan Teologi: Mengungkap Prospek Masa Depan Bersama STTI Hikmat Wahyu


Kesimpulan: Oikumenis Bukan Pilihan, Tapi Keniscayaan

Misi Kristus adalah sebuah gerakan yang menyeluruh dan universal. Untuk mewujudkan hal ini, misi antar-denominasi bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keniscayaan. Perspektif oikumenis memberikan kerangka kerja yang solid untuk mewujudkan persatuan dalam keberagaman.

Lembaga-lembaga pendidikan seperti ISTTO Hikmat Wahyu memegang peran penting dalam membentuk generasi pemimpin gereja yang memiliki visi oikumenis. Mereka adalah pembawa obor yang akan memimpin gereja-gereja untuk melampaui sekat-sekat dan bersatu dalam satu misi: memberitakan Injil Kristus kepada seluruh ciptaan. Dengan demikian, gereja tidak lagi dilihat sebagai kumpulan denominasi yang terpisah, melainkan sebagai satu tubuh Kristus yang utuh dan berdaya.

admin
https://sttisttohwsulut.ac.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *